Cara Memilih Sepatu Lari Yang Tepat



Memilih Sepatu Lari: Antara Sepatu Tradisional atau Sepatu Racing

Dalam praktek lari jalan raya secara umum sepatu lari terdiri dari dua jenis yaitu: sepatu lari tradisional (traditional running shoes) dan sepatu untuk lomba (racing shoes). Masing-masing memiliki fungsi dan tujuan dalam pemakaiannya. Masing-masing juga memiliki kelebihan dan kekuranganya.

Sepatu tradisional biasanya memiliki tingkat cushioning atau kenyamanan yang tinggi. Namun di sisi lain sepatu jenis ini biasanya lebih berat dibanding sepatu racing.
Untuk sekedar menyebut contoh sepatu tradisional. Merek Adidas memiliki Adidas Adistar Boost atau Glide Boost. Sedangkan Asics bisa kita lihat pada seri Gel Kayano, Gel Nimbus, Gel Kinsei, GT. Untuk merek Brooks jajaran sepatu tradisionalnya diantaranya Ravena, Ghost, GTS, Transcend. New Balance punya 1080 atau 870.

Sementara itu, sepatu racing memiliki tingkat kenyamanan yang minim namun lebih ringan dan "aero" dibanding traditional shoes. Sepatu ini didisain dan diciptakan untuk memacu kecepatan di lintasan 5K hingga maraton. Namun, pemakaiannya tergantung pemakainya serta banyak aspek lainnya.

Beberapa merek memiliki sejumlah racing shoes. Adidas termasuk yang paling banyak memiliki seri sepatu racing yang tergabung dalam seri Adizero diantaranya Adios 2.0, Adios Primeknit, Adios Boost, Ace, Mana, Tempo, Feather, F50 Runner, Boston.
Sementara Asics memiliki seri racing yang melegenda yakni seri Piranha dan beberapa lainnya seperti DS Racer, Gel Hyper, Gel NoosaFast. Adapun sepatu racing Brooks seperti T7 atau ST5. Brooks Pure Project juga banyak yang memakainya untuk berlomba lantaran ringan dan "aero". Di sisi lain New Balance terkenal dengan seri RC1600 dan 1400.
Lantas mengapa untuk lomba para atlet menggunakan racing shoes yang notabene lebih ringan? Pakar lari yang kerap jadi rujukan para pelatih dunia, Jack Daniels Ph.D mengungkapkan, setiap penambahan berat sepatu sebesar 100 gram akan meningkatkan konsumsi oksigen sebanyak 1%. Pendapat ini diamini oleh Jason Franz, Corbyn Wierzbinski, dan Rodger Kram dari University of Colorado yang melakukan tes terhadap 12 pelari.

Penambahan konsumsi oksigen akan membuat seorang atlet menjadi tak ekonomis dalam berlari. Pete Pfitzinger dan Scott Douglas dalam bukunya yang berjudul Advanced Marathoning menuturkan pentingnya memperhatikan konsumsi oksigen dalam berlari. "Jika Anda mengkonsumsi oksigen lebih sedikit dibanding atlet lain pada kecepatan yang sama maka Anda berlari lebih ekonomis," paparnya.

Secara gampangnya bisa dipahami, semakin sedikit seorang pelari mengkonsumsi oksigen maka semakin tak lekas lelah ia dalam berlari.
Sepatu racing yang ringan juga bisa meningkatkan kepercayaan diri pada pemakainya. "Ingat, tak semua keuntungan dari pemakaian sepatu racing harus diuji di laboratorium," tandas Coach Jeff Gaudette.
Namun, Coach Gaudette juga mengingatkan risiko pemakaian racing shoes. Pertama, dengan cushioning yang minimal maka sepatu racing meningkatkan risiko cidera pada kaki. Kedua, otot yang bekerja lebih berat pada racing shoes akibat tingkat kenyamanan yang berkurang akan membuat waktu recovery lebih lama dibanding pemakaian traditional shoes.

Lantas bagaimana kita menyikapinya? Banyak pelari yang umumnya memiliki 2 jenis sepatu. Sepatu tradisional digunakan untuk latihan harian. Sedangkan racing shoes hanya dipakai saat lomba saja. "Sayang kakinya kalau latihan pun menggunakan sepatu racing," ujar seorang pelari amatir di Jakarta yang kerap naik podium.
Namun demikian semua tergantung cara berlari dan kemampuan tubuh Anda. Karena beda orang bisa jadi berbeda kebutuhannya. Yang pasti memilih sepatu lari yang tepat bukanlah berpatokan pada tren, merek, atau keeklusifan sebuah sepatu. Tapi lebih pada jenis dan fungsinya. Dan, tak perlu pula seorang pelari memiliki begitu banyak sepatu. Karena sejatinya punya dua sepatu (tradisional dan racing) sudah cukup.#
Catatan: tulisan ini hanyalah pengantar sederhana bila ingin diskusi lebih lanjut. Kalaupun ada penyebutan merek tertentu lebih ditujukan untuk memudahkan pemahaman.

Kredit Penulis : Andri Yanto - Runner's Nations

No comments:

Post a Comment